Rabu, 11 Januari 2012

Matematika Dalam Pembentukan Karakter Bangsa



Pendidikan karakter menjadi hal yang sering dibicarakan kalangan praktisi pendidikan saat ini.
“Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa” tema yang menunjukkan komitmen yang bertekad melaksanakan revitalisasi pendidikan karakter.
Sebenarnya apa sih karakter itu?? Karakter mempunyai banyak arti, di antaranya, kemampuan untuk mengatasi secara efektif situasi sulit, tak enak/tidak nyaman, atau berbahaya. Dengan pengertian tersebut karakter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani, kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespons, dan kesehatan, kekuatan, dan kebugaran jasmani. Indikator kecerdasan otak antara lain, berilmu, berfikir logis dan kritis.
“Kepekaan nurani ditandai dengan adil, jujur, kasih sayang, empatik, ikhlas, berintegritas, santun, terpercaya, hormat, suka menolong dan dapat mengendalikan diri.”  
Kepekaan diri dan lingkungan berarti peduli pada diri dan lingkungannya. Sedangkan kecerdasan merespons ditandai dengan sifat-sifat berani, rajin, disiplin, inisiatif, waspada dan motivasi. Sedangkan kesehatan, kekuatan dan kebugaran jasmani diperlukan pola hidup. Pembentukan karakter pada anak dimulai sejak anak berusia dini.
Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Pembentukan karakter ini juga seiring dengan perkembangan kognitif pada anak. Perkembangan kognitif pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang telah dimiliki kearah keseimbangan baru yang diperolehnya. Dengan perkembangan itu anak dengan cepat bisa menerima karakter yang baik.
Lingkungan sekolah tentunya berperan besar dalam pembentukan karakter pada anak. Intensitas pertemuan yang hampir setiap hari dengan guru dan teman-teman sekolah tentunya membuat anak mencari-cari dirinya melalui hal yang mereka lihat, rasakan, dengar dan tiru dari lingkungan sekitar.
Tentunya guru berperan besar dalam pembentukan karakter anak. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam pembentukan karakter menurut Lickona (2007) diantaranya :
1.      Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik,
2.      Definisikan ‘karakter’ secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku,
3.      Gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif dalam pengembangan karakter,
4.      Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian,
5.      Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral,
6.      Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil,
7.      Usahakan mendorong motivasi diri siswa,
8.      Libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai inti yang sama yang membimbing pendidikan siswa,
9.      Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter,
10.  Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter,
11.  Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.

Bagaimanakan Peran Matematika dalam Pembentukan Karakter? “Matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan kepada anak pada tiap tingkat pendidikan. Bahkan pada pendidikan anak usia dini matematika sudah mulai diperkenalkan. Ini menunjukkan bahwa matematika itu sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.”
Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Dengan bernalar anak bisa bisa membedakan ini baik atau buruk, bermanfaat atau tidak. Bahkan dengan bernalar anak bisa mengambil tindakan dari permasalahan yang ada. Dengan demikian tahap demi tahap perkembangan karakter anak mulai terbentuk.
Sebagai ilustrasi peran matematika dalam pembentukan karakter anak :
Seseorang biasanya mempunyai kebiasaan menghidupkan kran air ketika sedang menggosok gigi. Dan menurut dokter gigi sebaiknya gosok gigi 2x sehari. Kita anggap saja setiap menggosok gigi membutuhkan waktu 3 menit. Berarti 6 menit air kran hidup hanya untuk menggosok gigi. Jika debit air yang mengalir di kran itu 6 liter per menit. Jadi untuk sehari berapa liter air yang akan dihabiskan untuk satu orang yang menggosok gigi. Bisa dikalikan saja dalam 6 menit sehari berarti butuh 36 liter air untuk 2 kali gosok gigi.
Kalo dalam seminggu berapa air yang terbuang??
Bagaimana jika satu kota melakukan kebiasaan yang sama??
Waaww..bakal banyak air yang habis terbuang…
Padahal untuk 1 kali gosok gigi, cukup satu gelas untuk sebelum memasukkan odol dan dua gelas untuk kumur-kumur. Jadi lebih hemat kan. Dengan pelajaran ini karakter hemat bisa ditanamkan pada siswa.
Pelajaran ini sesuai dengan materi matematika SD kelas VI, “Volume dan Debit Air”. dari ilustrasi diatas menunjukkan bahwa matematika juga berperan dalam pembentukan karakter bangsa.
Banyak lagi ilustrasi dalam Matematika yang bisa digali guru untuk pembentukan karakter pada anak. Dengan demikian diharapkan pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa dapat terealisasikan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar