Selasa, 11 Januari 2022

1.4.a.10.2 AKSI NYATA - BUDAYA POSITIF - FORUM BERBAGI AKSI NYATA

 TUGAS MODUL 1.4.a.10.2

AKSI NYATA - BUDAYA POSITIF - FORUM BERBAGI AKSI NYATA



Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata


1. Latar Belakang

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagaiaan setinggi-tingginya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Agar dapat menuntun kodrat anak, maka seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai dan menjalankan perannya sebagai guru penggerak.

Guru Penggerak dalam menjalankan tugasnya, setelah memahami Filosofi KHD, kemudian mengetahui nilai -nilai dan peran guru penggerak, maka selanjutnya seorang guru penggerak harus memiliki sebuah visi guru penggerak, dengan cara pemetaan kekuatan pencapaian visi, dengan cara melakukan pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan model BAGJA. Inkuiri Apresiatif, dikenal dengan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Pendekatan Inkuiri Apresiatif ini dimulai mengidentifikasi hal baik apa yang ada di sekolah, bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik lagi. Hal-hal ini dilakukan dengan menerapkan BAGJA yang terdiri dari buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali impian, jabarkan rencana, dan atur eksekusi.

Selanjutnya, seorang guru penggerak harus menjadi inisiator dalam mewujudkan budaya positif disekolah yang berpihak pada murid. Budaya positif adalah kebiasaan yang harus dilakukan secara terus menerus agar menjadi karakter. Guru harus menyiapkan murid dimasa depan agar menjadi manusia berdaya tidak hanya untuk pribadi tapi juga berdampak pada masyarakat. Karakter yang diharapkan adalah yang mengacu pada profil pelajar Pancasila yaitu pelajar Indonesia yang sepanjang hayatnya memiliki kompetensi global dan berprilaku sesuai nilai-nilai Pancasila yang terbangun utuh melalui ke-6 dimensi pembentuknya. Salah satu contoh penerapan budaya positif adalah kedisiplinan siswa dalam sekolah. Karena selama ini tingkat disiplin dan sifat santun siswa sudah mulai berkurang dikarenakan pandemi.


2. Tujuan

Adapun tujuan dari tindakan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan karakter murid melalui budaya positif

2. Menumbuhkan sikap tanggungjawab pada diri murid atas inspirasi ide dalam kesepakatan kelas

3. Mampu memahami dan menerapkan sikap kesopanan terutama terhadap guru dan seluruh warga sekolah

4. Menumbuhkan rasa saling menghargai diri sendiri dan orang lain


3. Tolak Ukur

Adapun tolak ukur keberhasilan dari aksi nyata yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut :

1. Persentase sejumlah 90% - 100 % murid melaksanakan kesepakatan kelas dengan baik

2. Terwujudnya murid yang mandiri, disiplin, tanggungjawab dan saling menghargai pada kegiatan pembelajaran

3. Murid bersikap sopan dan menghargai siapapun sesuai etika kesopanan universal yang berlaku dimanapun siswa berada.


4. Linimasa Tindakan yang akan dilakukan

Adapun linimasa Tindakan yang akan saya lakukan untuk mewujudkan aksi nyata ini adalah sebagai berikut :

1. Berkoordinasi dengan wali kelas dan murid terkait pelaksanaan aksi nyata

2. Menyusun instrument pelakasanaan aksi nyata

3. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

4. Melakukan kesepakatan kelas bersama murid

5. Menyusun kesepakatan kelas berdasarkan ide dan masukan para murid

6. Menyampaikan kembali kesepakatan kelas apakah sudah sesuai dengan keinginan dan harapan mereka

7. Kesepakatan kelas yang sudah disetujui dibuat dalam bentuk poster dan di di share dalam group whatsapp.


5. Dukungan yang dibutuhkan

Untuk melancarkan pelaksanaan rancangan tindakan aksi nyata yang telah disusun, tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Adapun dukungan yang diperlukan yaitu dukungan dari :

1. Sekolah, sebagai tempat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki murid dengan program yang terstruktur dan sistematis

2. Murid, keterlibatan murid sangat penting dalam keikutsertaannya membuat kesepakatan kelas untuk mewujudkan budaya positif

3. Keluarga, sebagi tempat pendidikan pertama bagi murid sebagai cikal awal pembentukan karakter untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.


6. Pembelajaran yang didapatkan

Faktor Pendukung (keberhasilan) :

1. Dukungan dari kepala sekolah, rekan sejawat dan orangtua murid

2. Usulan ide dan harapan murid dapat tersalurkan

3. Harapan tentang kelas impian oleh murid

Faktor penghambat (kegagalan)

1. Perbedaan karakteristik murid yang beragam

2. Adaptasi dari budaya lama ke budaya baru membutuhkan proses dan waktu

7. Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang

1. Pembuatan kesepakatan kelas harus di laksanakan di setiap kelas

2. Kesepakatan kelas yang telah dibuat selain ditempel di kelas, perlu juga dicetak dan dilampirkan dalam buku Raport, dengan tujuan meningkatkan komunikasi orangtua dengan pihak sekolah

3. Lingkungan dan elemen sekolah bersinergi bersama-sama konsisten dalam melaksanakan budaya positif.

Rabu, 11 Januari 2012

Matematika Dalam Pembentukan Karakter Bangsa



Pendidikan karakter menjadi hal yang sering dibicarakan kalangan praktisi pendidikan saat ini.
“Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa” tema yang menunjukkan komitmen yang bertekad melaksanakan revitalisasi pendidikan karakter.
Sebenarnya apa sih karakter itu?? Karakter mempunyai banyak arti, di antaranya, kemampuan untuk mengatasi secara efektif situasi sulit, tak enak/tidak nyaman, atau berbahaya. Dengan pengertian tersebut karakter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani, kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespons, dan kesehatan, kekuatan, dan kebugaran jasmani. Indikator kecerdasan otak antara lain, berilmu, berfikir logis dan kritis.
“Kepekaan nurani ditandai dengan adil, jujur, kasih sayang, empatik, ikhlas, berintegritas, santun, terpercaya, hormat, suka menolong dan dapat mengendalikan diri.”  

Minggu, 18 Desember 2011

MENGAPA 0,999… SAMA DENGAN 1?


Sejak di Sekolah Dasar, siswa telah diperkenalkan dengan pecahan desimal, bahkan mengenai topik konversi antar bentuk pecahan desimal, persen, dan pecahan biasa. Setiap bentuk pecahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, setiap bentuk pecahan kadang cocok dipergunakan untuk konteks tertentu, namun tidak cocok untuk konteks yang lain. Misalnya ketika berbicara mengenai seberapa besar pertambahan jumlah penduduk, maka pecahan yang paling sesuai adalah bentuk persen.

Dari berbagai bentuk pecahan, pecahan desimal merupakan “bentuk akhir” dari pecahan, karena merupakan implikasi logis dari perkembangan sistem desimal. Seperti yang kita tahu, pada perkembangan sistem bilangan berawal dari pencacahan yang ditandai dengan sistem pengelompokan dan “berakhir” dengan diterimanya secara luas sistem nilai tempat dan sistem desimal (basis 10) menjadi pilihan terakhir umat manusia yang terbukti ampuh penggunaanya baik dalam kehidupan sehari-hari terlebih lagi pada kegiatan ilmiah.


Download Lengkap File: Mengapa 0,999… Sama Dengan 1?

Kamis, 15 Desember 2011

4 Pilar Belajar



Untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, Unesco (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) merumuskan empat pilar belajar, yaitu: belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar berkembang secara utuh (learning to be).
1. Belajar mengetahui (learning to know)
Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll.